Kopi luwak memiliki tempat yang istimewa di Indonesia, bahkan dunia. Orang yang ingin meminum kopi luwak asli harus membayar mahal. Tentu saja karena populasi luwak di Indonesia tidak semeriah kopi itu sendiri. Kopi luwak juga memiliki sejarahnya sendiri di masa kolonial. Buat Anda yang ingin mencermati sisi historis kopi luwak, simak 5 fakta ini.
![]() |
Luwak Penghasil Kopi |
1. Kopi Luwak Lahir pada Masa Penjajahan Belanda
Seperti yang kita tahu, Indonesia itu sering sekali kedatangan penjajah di masa lalu. Para penjajah itu sudah hadir sejak era kerajaan Hindu-Buddha berlangsung. Namun mulai menggejolak saat mayoritas pemerintahan dipegang oleh kerajaan Islam. Di antara para penjajah itu hanya Belanda yang menjajah Indonesia selama ratusan tahun.
Cerita pun bermula ketika masa Tanam Paksa atau Cultuurstelsel yang begitu sulit. Orang Indonesia yang menanam, orang Belanda yang merampas. Hasilnya warga pribumi pun tidak pernah makan makanan atau minum minuman yang berkualitas. Tanpa rasa jijik, ketika ada luwak/musang yang mengeluarkan tahi kopi, langsung mereka olah dan minum begitu saja.
2. Warga Pribumi Zaman Belanda Pandai Memanfaatkan Kesempatan
Kepekaan ini merujuk pada proses menghasilkan tahi kopi menjadi minuman yang berkarakter. Pada masa itu, kebun yang mereka olah adalah jenis kebun yang menghasilkan kopi Arabika. Orang-orang Belanda tidak ingin para petani ikut memanen kopi. Soalnya bibitnya didapat dari negeri Yaman.
Kopi hasil produksi dalam negeri itu diekspor ke negeri Belanda. Kemudian dipakai untuk membayar utang Belanda pada negara-negara lain. Para petani langsung ambil kesempatan begitu tidak ada teguran ketika mengambil tahi luwak. Proses output luwak itu sederhana sekali. Biji kopi itu disangrai, kemudian ditumbuk halus, lalu diminum.
3. Warga Pribumi Zaman Belanda Mampu Membedakan Jenis Musang
Kaum awam zaman sekarang pasti tidak tahu caranya membedakan antara musang/luwak pemakan kopi dengan yang bukan. Musang yang populer ada 11 jenis. Ada musang pandan, musang akar, musang binturung, musang bulan, musang rase, musang Afrika, musang belang, musang kelapa, musang air, musang Sulawesi, dan musang Jerdoni.
Tidak semua musang suka makan kopi. Sejauh ini hanya musang bulan dan musang pandan yang mampu menghasilkan kopi luwak asli yang nikmat. Bagaimana para pekerja zaman kolonial Belanda saat membedakan musang pemakan kopi dengan lainnya? Kemungkinan besar dari kecenderungan makanan mereka. Soalnya kadang musang lain juga makan kopi.
4. Setelah Ketahuan Enaknya, Lalu Dirampas Belanda
Sifat penjajah memang begitu. Suka merampas apa-apa yang seharusnya bukan miliknya. Semakin sering kopi luwak diciptakan oleh para pekerja semasa Tanam Paksa, maka kopi itu pun begitu populer di antara para pekerja lainnya. Pihak Belanda pun mengendus sinyal itu. Meskipun banyak yang menyembunyikan, tetapi tetap ketahuan juga.
Akhirnya bos Tanam Paksa yang bernama Van den Bosch dan kawan-kawan meneliti kualitas rasa dan aroma kopi itu. Mereka juga melakukan uji coba terhadap luwak-luwak jenis pemakan kopi milik Indonesia. Sampel itu kemudian dibawa ke Belanda dan ditunjukkan ke hadapan sang Ratu Belanda. Mengejutkan! Semua yang mencicipi pun terkesan.
5. Van den Bosch dapat Penghargaan Gara-Gara Kopi Luwak
Tiada disangka-sangka, rupanya Van den Bosch adalah penjilat yang andal. Setelah kopi luwak dirampas, secara otomatis warga pribumi dilarang minum kopi luwak lagi. Sang Ratu Belanda yang begitu terkesan dengan kualitas kopi luwak itu lantas memberikan penghargaan khusus kepada Van den Bosch berkat penemuan briliannya. Sungguh ironis!
Jumlah musang yang terbatas itulah yang membuat kopi luwak asli harganya selangit. Namun jangan terkecoh dengan kopi yang kerap Anda jumpai di warung-warung kecil dengan harga ribuan rupiah. Karena kopi luwak asli memiliki harga yang sangat mahal, satu cangkir kopi saja bisa memiliki harga ratusan hingga jutaan rupiah.