Fakta: Anak yang Lahir Bulan September Lebih Sukses

Fakta: Anak yang Lahir Bulan September Lebih Sukses

Apakah bulan lahir bisa memprediksi kesuksesan seseorang pada masa yang akan datang?

Bisa, menurut riset gabungan terbaru dari University of Toronto, Northwestern University dan University of Florida. Mereka baru saja menemukan bahwa bayi yang lahir pada bulan September lebih sukses secara akademis saat mereka mulai mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

Apakah karena mereka yang berzodiak Virgo dikenal sebagai pribadi yang analitis, praktis dan pekerja keras? Tidak. Ini tak berhubungan dengan astrologi, melainkan soal usia.

Time.com melansir, para periset mengamati data peserta didik dari sekitar satu juta pelajar sekolah negeri yang lahir di Florida, AS pada 1994 sampai 2000. Di Florida dan 18 negara bagian lain, anak mulai masuk taman kanak-kanak pada 1 September.

Ini berarti, anak-anak yang lahir bulan September adalah yang tertua di dalam kelas. Oleh karena itu pula, perkembangan mereka paling unggul.

Benar saja, menurut riset ini, anak-anak yang lahir pada bulan September mendapatkan nilai lebih tinggi dalam mata pelajaran matematika dan membaca. Keunggulan ini bertahan sampai mereka duduk di bangku kelas delapan.

Bukan cuma itu, aspek lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan anak-anak ini meliputi tingkat kenakalan yang lebih rendah dan kemungkinan masuk–juga lulus–universitas yang lebih tinggi pada masa yang akan datang.

Dinukil dari Quartz, riset membuktikan hal ini berlaku sama pada anak, apapun ras orang tuanya, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Bahkan pada kakak beradik dari orang tua yang sama, anak yang lahir bulan September pasti lebih unggul.

Riset sebelumnya dari Stanford University, menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian orang tua menyekolahkan anaknya kelewat cepat, sebelum mereka bisa beradaptasi dengan anak-anak yang berusia lebih tua.

Riset itu menunjukkan bahwa anak-anak yang mulai masuk taman kanak-kanak usia enam tahun, hasil akademiknya lebih baik daripada anak-anak yang mulai bersekolah pada usia lima tahun.

Periset kala itu menganalisis data dari studi Danish national birth Cohort terhadap lebih dari 54 ribu orang tua yang memberikan data tentang anak-anak mereka pada usia tujuh dan 11 tahun.

Periset menemukan, anak-anak yang mulai masuk taman kanak-kanak setahun setelah kebanyakan anak mulai sekolah, hasil akademiknya 73 persen lebih baik empat tahun kemudian.

Riset lain yang diselenggarakan di Inggris untuk Institute for Fiscal Studies juga menunjukkan bahwa anak yang lahir pada bulan September, nilai akademisnya lebih cemerlang. Lebih banyak juga yang diterima di universitas bergengsi seperti Cambridge atau Oxford.

Masuk akal, jika anak yang lahir pada September 2017 memiliki kemampuan belajar yang lebih berkembang daripada teman sekelasnya yang lahir pada Agustus 2018. Lantas, apakah sebaiknya orang tua menunda waktu mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak?

Menurut Krzysztof Karbownik, salah satu penulis riset sebaiknya tidak.

Di AS, praktik ini dikenal dengan istilah red-shirt. Praktik yang biasanya dilakukan atlet universitas, menunda ikut kompetisi selama satu tahun agar punya waktu untuk mengembangkan keterampilan.

Karbownik berpendapat, jika seorang anak kesulitan atau punya ketidakmampuan tertentu, praktik red-shirt mungkin bisa dilakukan. “Tapi jika Anda melakukannya untuk menyiasati sistem, efeknya tidak terlalu menguntungkan,” jelas Karbownik.

Sebaliknya, menahan anak mulai sekolah saat ia sudah mampu malah berpotensi merugikan. Dalam laporan Brookings Institution, ekonom Diane Schanzenbach dan edukator Stephanie Howard Larson mencatat bahwa anak-anak bisa dirugikan jika kelewat maju dibandingkan teman-teman sekelasnya.

Mereka dikelilingi oleh siswa lain yang secara emosional dan fisik tidak sematang mereka. Karenanya anak-anak ini berpotensi menghadapi kesulitan bergaul.

Seperti halnya Karbownik, menurut Schanzenbach dan Larson, keuntungan praktik red-shirt lebih banyak untung daripada ruginya hanya dalam keadaan yang tidak biasa. Misal pada anak yang menghadapi trauma emosional atau keterlambatan perkembangan ekstrem.

Fakta